Sabtu, 22 November 2008

Manajemen Permintaan (Demand management)

Tujuan dari dari manajemen permintaan yaitu untuk mengkoordinasikan dan mengendalikan semua sumber permintaan sehingga sistem produksi dapat digunakan secara efisien dan produk dikirim tepat waktu. Ada 2 sumber permintaan yaitu (Makridakis, 1988) :
a. Dependent Demand merupakan permintaan untuk suatu produk atau jasa yang disebabkan
oleh produk atau jasa lain. Sumber permintaan ini tidak perlu peramalan.
b. Independent Demand merupakan permintaan untuk suatu produk atau jasa yang tidak
tergantung oleh produk atau jasa lain sumber permintaan ini memerlukan peramalan.

Jumat, 19 September 2008

STRATEGI USAHA KECIL

Apa yang dimaksud dengan startegi?

1. Efektivitas Operasional bukanlah strategi.

Perusahaan-perusahaan harus fleksibel dalam merespons dengan cepat perubahan yang terjadi dalam persaingan dan dipasar, terus-menerus melakukan benchmark demi mencapai tingkat kinerja terbaik, secara agresif melakukan outsourcing demi tercapainya efisiensi, dan mempertahankan beberapa kompetensi intinya agar tidak tertinggal dari para pesaing. Positioning, yang pernah menjadi jantung dari strategi, tidak lagi digunakan karena dianggap terlalu statis dalam menghadapi pasar yang begitu dinamis dan teknologi yang begitu cepat berubah.

Penelitian yang dilakukan untuk menaikkan tingkat produktivitas, kualitas, dan kecepatan menghasilkan sejumlah besar alat dan teknik manajemen seperti total quality management, benchmarking, time-based competition, outsourcing, partnering, reegineering, change management.

Sebuah perusahaan hanya dapat mengalahkan para pesaingnya jika mampu menciptakan keunikan yang dapat dipertahankannya. Perhitungan kemampulabaannya adalah sebagai berikut : memberi nilai yang lebih besar kemungkinkan perusahaan menetapkan harga satuan rata-rata lebih tinggi; tingkat efisiensi yang lebih besar akan menghasilkan biaya satuan yang lebih rendah.

Efektivitas operasional (Operational effectiveness (OE)) berarti melakukan aktivitas yang sama secara lebih baik dari yang dilakukan oleh pesaing. Yang termasuk dalam OE adalah efisiensi yang mencakup semua praktek/aktivitas yang memungkinkan sebuah perusahaan memanfaatkan sumberdayanya secara lebih baik, misalnya dengan mengurangi kesusakaan/cacat pada produk atau lebih cepat melakkukan pengembangan produk tang lebih baik. Positioning yang strategis berarti melakukan aktivitas yang sama dengan yang dilakukan oleh pesaing atau melakukan aktivitas yang sama tetapi dengan cara yang berlainan.

Efektivitas operasional merupakan jantung dari tantangan perusahaan dalam persaingan, yang dapat/mampu menawarkan biaya yang lebih rendah dan kualitas yang tinggi pada saat yang sama. Ketika perusahaan melakukan perbaikan terhadap efektivitas operasionalnya, maka perusahaan tersebut bergerak mendekati productivity frontier. productivity frontier terus bergeser keluar sejalan dengan dikembangkannya teknologi dan pendekatan manajemen yang baru dan ketika tersedia input-input baru. Para manager secara terus menerus melakukan perbaikan, pemberdayaan, manajemen peruahan, dan apa yang disebut organisasi belajar (learning organization).

Perbaikan yang terjadi secara terus-menerus dalam hal efektivitas operasional merupakan sesuatu yang memang perlu dilakukan dalam rangka mencapai tingkat kemampulabaan terbaik. Alasan kedua bahwa peningkatan efektivitas operasional masih belum dianggap memadai pemusatan yang bersaing tidak begitua kelihatan dan lebih berbahaya. Semakin banyak benchmarking yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan, semakin mereka menjadi menjadi serupa satu dengan yang lainnya. Semakin pesaing-pesaing melakukan outsourcing terhadap aktivitas-aktivitasnya pada pihak ketiga yang dianggap lebih efisien dan seringkali adalah perusahaan yang sama, semakin aktivitas-aktivitas tersebut menjadi bersifat generi/umum. Ketika para pesaing saling meniru aktivitas-aktivitas untuk meninkatkan kualitas, pengolahan waktu, ataupun hubungan kerja dengan para suplier, pemusatan strategi dan persaingan menjadi serentetan persaingan identitas yang tidak bisa dimenangkan oleh siapa pun.

Setelah selama satu dekade menikmati hasil yang mengesankan dari efektivitas operasional, banyak perusahaan kini merasakan bahwa hasil yang mereka peroleh terus mengalami penurunan. Perbaikan secara terus-menerus telah terpatri dalam otak para manajer. Tetapi alat-alat manajemennya tapa disadari telah mengakibatkan perusahaan cenderung menjadi perusahaan yang suka meniru dan homogen dengan perusahaan yang lainnya.

2. Strategi Sangat Ditentukan Oleh Keunikan Aktivitas-Aktivitasnya.

Strategi bersaing adalah perbedaan. Maksudnya adalah dengan sengja memilih sekelompok aktivitas yang berbeda dalam rangka menghasilkan kombinasi nilai yang unik. Yang membuat konsep pemesaran menjadi sebuah positioning strategis adalah sekumpulan aktivitas terangkai yang membuatnya berfungsi.

Asal-usul Posisi Strategis

Posisi strategis muncul dari tiga sumber berlainan, Pertama Positioning bisa didasarkan pada aktivitas memproduksi sebagian dari produk atau jasa dalam sebuah industri. Positioning yang dilakukan berdasarkan keanekaragaman produk/jasa dapat melayani pelanggan dalam jumlah besar, tetapi kebanyakan banya melayani sebagian kecil dari kebutuhan mereka.

Positioning yang kedua Perusahaan melayani hampir semua atau bahkan semua kebutuhan dari sekelompok pelanggan tertentu dimana target yang dituju adalah sekelompok pelanggan yang memiliki kebutuhan yang berlain-lainan dan kebuthan ini dapat dilayani oleh sekelompok aktivitas terangkai.

Positioning yang ketiga adalah mensegmentasi pelanggan yang dapat diakses lewat dengan berbagai cara. Kebuthan yang mereka miliki sama dengan kebutuhan pelanggan lainnya, tetapi berbeda dalam hal pengaturan aktovitas yang dilakukan untuk meraih konsumen-konsumen tersebut.

Positioning tidak sekedar menguasai sebuah relung pasar. Menjadikan kebutuhan khusus sekelompok kecil pelanggan sebagi target dan kemudian mendesain aktivitas-aktivitasnya.

Apa itu strategi ? strategi adalah hal menciptakan suatu posisi yang unik dan bernilai, yang melibatkan berbagai aktivitas perusahaan. Esensi dari positioning strategis adalah memilih aktivitas yang berbeda dari yang dilakukan oleh pesaing.

3. Agar Bisa Berkelanjutan, Sebuah Posisi Startejik Memerlukan Trade-Offs

Pertama, pesaing bisa mereposisi dirinya untuk mensejajarkan dirinya dengan perusahaan yang memiliki kinerja terbaik. Kedua adalah menunggang. Sang penunggang berusaha memperoleh keuntungan dengan menggunakan posisi yang telah berhasil, sambil tetap mempertahankan posisinya yang sekarang.

Trade off terjadi bilamana aktivitas-aktivitas perusahaan saling bertentangan antara satu dengan yang lainnya. Tarde off berarti kelebihan pada satu bagian memerlukan pengurangan di bidang lainnya.

Trade off timbul dengan tiga alasan, yang pertama adalah inkosistensi dalam hal citra atau reputasi. Alasan kedua adalah bahwa trade off muncul dari aktivitas perusahaan itu sendiri. Trade off positioning bersifat merembes (pervasive) dalam persaingan dan menjadi hal yang esensial bagi strategi. Kesalahan trade off antara biaya dan kualitas terjadi terutama ketika terdapat usaha yang tidak berguna atau berlebihan, kuragnya kontrol atau akurasi, atau rendahnya koordinator.

4. Penyesuaian Mendorong Keunggulan Bersaing Dan Saya Tahan

Efektivitas operasional berkaitan dengan tercapainya tikat terbaik dalam melakukan masing-masing aktifitas atau fungsi, sedangkan strategi berkaitan dengan pengkombinasian aktivitas-aktivitas.

Perusahaan Southwest yang memungkinkan tingginya tingkat keberangkatan dan tingginya frekuensi penggunaan pesawat terbang merupakan hal yang mendasar bagi tercapainya positioning tingkat kenyamanan tinggi dan biaya rendah. Karyawannya yang bekerja dilandasan mendapatkan gaji yang baik yang baik dan tingkat peoduktivitasnya pada saat pesawat terbang dipersiapkan untuk melakukan penerbangan balik dipertinggi oleh aturan serikat pekerja yang fleksibel.

Jenis-jenis penyesuaian

Penyesuaian merupakan komponen keunggulan bersaing yang jauh lebih sentral dari yang disadari oleh kebanyakan orang. Ada tiga jenis penyesuaian, pertama adalah konsistensi sederhana antara masing-masing aktivitas (fungsi) dengan strategi secara keseluruhan. Konsistensi menjamin bahwa keunggulan bersaing dari semua aktivitas menimbun dan tidak terkikis atau terhapus. Penyesuaian kedua terjadi ketika aktivitas-aktivitas menguat. Penyesuaian jenis ketiga adalah optimalisasi usaha. Ketiga jenis penyesuaian tersebut, aktivitas secara keseluruhan lebih berperan daripada bagian per bagian. Keunggulan bersaing keluar dari keseluruhan sistem aktivitas-aktivitas tersebut. Penyesuaian di antara aktivitas-aktivitas secara substansial megerangi biaya dan meningkatkan diferensiasi.

Penyesuaian Dan Tingkat Kelanggengan (Sustainabilitas)

Penyesuaian stratejik di antara banyak aktivitas bersifat fundamental tidak hanya bagi keunggulan bersaing melainkan juga terhadap keberlangsungan dari keunggulan tersebut.

5. Menentukan Kembali Strategi

Kegagalan Memilih

Biasanya orang mengira bahwa ancaman terhadap strategi berasal dari luar perusahaan sebagai akibat dari terjadinya perubahan dalam bidang teknologi atau perilaku para pesaing. Para manajer meningkatkan kemampuan perusahaannya dengan cara meniru apa saja yang yang dilakukan oleh para pesaing. Karena didesak untuk berpikir revolusioner, para manajer mengejar setiap teknologi baru demi menyelamatkan diri. Beberapa manajer menyalah-artikan “costumer focus” bahwa mereka harus memenuhi semua kebutuhan pelanggan atau menanggapi setiap tuntutan dari saluran distribusi.

Pertumbuhan Yang Menguntungkan

Banyak perusahaan, yang setelah melakukan restrukturisasi dan penghematan harga, mengalihkan perhatian mereka pada pertumbuhan perusahaan. Usaha-usaha untuk melakukan pertumbuhan itu mengaburkan keunikan, menimbulkan kompromi, mengurangi penyesuaian dan pada akhirnya merusak meunggulan bersaing. Salah satu pendekatannya adalah mencari perluasan strategi yang memicu sistem aktivitas yang ada dengan cara menawarkan keistimewaan atau pelayanan yang tidak mungkin ditiru oleh para pesaingnya atau mereka harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit kalau hanya mengendalkan satu aktivitas saja.

Peran kepemimpinan

Tantangan untuk mengembangkan atau membangun kembali sebuah strategi sering kali sangat organisasional sifatnya dan bergantung pada sistem kepemimpinan yang diterapkan. Di banyak perusahaan, kepemimpinan diturunkan derajatnya menjadi tidak lebih dari sekedar aktivitas memimpin pembenahan operasional dan melakukan transaksi-transaksi. Intinya adalah strategi: mendefinisikan dan mengkomunikasikan posisi unik dari perusahaan, membuat trade-off, dan melakukan penyesuain di abntara aktivitas-aktivitas perusahaan.

Salah satu fungsi yang paling penting dari suatu strategi yang eksplisit dan komunikatif adalah menuntun karyawan dalam membuat pilihan-pilihan yang muncul karena adanya trade-off dalam masing-masing aktivitas yang mereka lakukan dan dalam keputusan sehari-hari.

TEKNOLOGI PENGOLAHAN LIMBAH B3

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat (toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau membahayakan kesehatan manusia.

Berdasarkan sumbernya, limbah B3 dapat diklasifikasikan menjadi : Primary sludge, yaitu limbah yang berasal dari tangki sedimentasi pada pemisahan awal dan banyak mengandung biomassa senyawa organik yang stabil dan mudah menguap Chemical sludge, yaitu limbah yang dihasilkan dari proses koagulasi dan flokulasi. Excess activated sludge, yaitu limbah yang berasal dari proses pengolahan dengn lumpur aktif sehingga banyak mengandung padatan organik berupa lumpur dari hasil proses tersebut. Digested sludge, yaitu limbah yang berasal dari pengolahan biologi dengan digested aerobic maupun anaerobic di mana padatan/lumpur yang dihasilkan cukup stabil dan banyak mengandung padatan organik.

Limbah B3 dikarakterisasikan berdasarkan beberapa parameter yaitu total solids residue (TSR), kandungan fixed residue (FR), kandungan volatile solids (VR), kadar air (sludge moisture content), volume padatan, serta karakter atau sifat B3 (toksisitas, sifat korosif, sifat mudah terbakar, sifat mudah meledak, beracun, serta sifat kimia dan kandungan senyawa kimia).

Contoh limbah B3 ialah logam berat seperti Al, Cr, Cd, Cu, Fe, Pb, Mn, Hg, dan Zn serta zat kimia seperti pestisida, sianida, sulfida, fenol dan sebagainya. Cd dihasilkan dari lumpur dan limbah industri kimia tertentu sedangkan Hg dihasilkan dari industri klor-alkali, industri cat, kegiatan pertambangan, industri kertas, serta pembakaran bahan bakar fosil. Pb dihasilkan dari peleburan timah hitam dan accu. Logam-logam berat pada umumnya bersifat racun sekalipun dalam konsentrasi rendah. Daftar lengkap limbah B3 dapat dilihat di PP No. 85 Tahun 1999: Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Silakan klik link tersebut untuk daftar lengkap yang juga mencakup peraturan resmi dari Pemerintah Indonesia.

Penanganan atau pengolahan limbah padat atau lumpur B3 pada dasarnya dapat dilaksanakan di dalam unit kegiatan industri (on-site treatment) maupun oleh pihak ketiga (off-site treatment) di pusat pengolahan limbah industri. Apabila pengolahan dilaksanakan secara on-site treatment, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut : jenis dan karakteristik limbah padat yang harus diketahui secara pasti agar teknologi pengolahan dapat ditentukan dengan tepat; selain itu, antisipasi terhadap jenis limbah di masa mendatang juga perlu dipertimbangkan.

Jumlah limbah yang dihasilkan harus cukup memadai sehingga dapat menjustifikasi biaya yang akan dikeluarkan dan perlu dipertimbangkan pula berapa jumlah limbah dalam waktu mendatang (1 hingga 2 tahun ke depan)

pengolahan on-site memerlukan tenaga tetap (in-house staff) yang menangani proses pengolahan sehingga perlu dipertimbangkan manajemen sumber daya manusianya peraturan yang berlaku dan antisipasi peraturan yang akan dikeluarkan Pemerintah di masa mendatang agar teknologi yang dipilih tetap dapat memenuhi standar

TEKNOLOGI PENGOLAHAN

Terdapat banyak metode pengolahan limbah B3 di industri, tiga metode yang paling populer di antaranya ialah chemical conditioning, solidification/Stabilization, dan incineration.

1. Chemical Conditioning

Salah satu teknologi pengolahan limbah B3 ialah chemical conditioning. Tujuan utama dari chemical conditioning ialah :

- menstabilkan senyawa-senyawa organik yang terkandung di dalam lumpur

- mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air dalam lumpur

- mendestruksi organisme pathogen

- memanfaatkan hasil samping proses chemical conditioning yang masih memiliki nilai ekonomi seperti gas methane yang dihasilkan pada proses digestion

- mengkondisikan agar lumpur yang dilepas ke lingkungan dalam keadaan aman dan dapat diterima lingkungan

Chemical conditioning terdiri dari beberapa tahapan sebagai berikut :

a. Concentration thickening

Tahapan ini bertujuan untuk mengurangi volume lumpur yang akan diolah dengan cara meningkatkan kandungan padatan. Alat yang umumnya digunakan pada tahapan ini ialah gravity thickener dan solid bowl centrifuge. Tahapan ini pada dasarnya merupakan tahapan awal sebelum limbah dikurangi kadar airnya pada tahapan de-watering selanjutnya. Walaupun tidak sepopuler gravity thickener dan centrifuge, beberapa unit pengolahan limbah menggunakan proses flotation pada tahapan awal ini.

b. Treatment, stabilization, and conditioning

Tahapan kedua ini bertujuan untuk menstabilkan senyawa organik dan menghancurkan patogen. Proses stabilisasi dapat dilakukan melalui proses pengkondisian secara kimia, fisika, dan biologi. Pengkondisian secara kimia berlangsung dengan adanya proses pembentukan ikatan bahan-bahan kimia dengan partikel koloid. Pengkondisian secara fisika berlangsung dengan jalan memisahkan bahan-bahan kimia dan koloid dengan cara pencucian dan destruksi. Pengkondisian secara biologi berlangsung dengan adanya proses destruksi dengan bantuan enzim dan reaksi oksidasi. Proses-proses yang terlibat pada tahapan ini ialah lagooning, anaerobic digestion, aerobic digestion, heat treatment, polyelectrolite flocculation, chemical conditioning, dan elutriation.

c. De-watering and drying

De-watering and drying bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi kandungan air dan sekaligus mengurangi volume lumpur. Proses yang terlibat pada tahapan ini umumnya ialah pengeringan dan filtrasi. Alat yang biasa digunakan adalah drying bed, filter press, centrifuge, vacuum filter, dan belt press.

d. Disposal

Disposal ialah proses pembuangan akhir limbah B3. Beberapa proses yang terjadi sebelum limbah B3 dibuang ialah pyrolysis, wet air oxidation, dan composting. Tempat pembuangan akhir limbah B3 umumnya ialah sanitary landfill, crop land, atau injection well.

2. Solidification/Stabilization

Di samping chemical conditiong, teknologi solidification/stabilization juga dapat diterapkan untuk mengolah limbah B3. Secara umum stabilisasi dapat didefinisikan sebagai proses pencapuran limbah dengan bahan tambahan (aditif) dengan tujuan menurunkan laju migrasi bahan pencemar dari limbah serta untuk mengurangi toksisitas limbah tersebut. Sedangkan solidifikasi didefinisikan sebagai proses pemadatan suatu bahan berbahaya dengan penambahan aditif. Kedua proses tersebut seringkali terkait sehingga sering dianggap mempunyai arti yang sama. Proses solidifikasi/stabilisasi berdasarkan mekanismenya dapat dibagi menjadi 6 golongan, yaitu:

- Macroencapsulation, yaitu proses dimana bahan berbahaya dalam limbah dibungkus dalam matriks struktur yang besar

- Microencapsulation, yaitu proses yang mirip macroencapsulation tetapi bahan pencemar terbungkus secara fisik dalam struktur kristal pada tingkat mikroskopik

- Precipitation

- Adsorpsi, yaitu proses dimana bahan pencemar diikat secara elektrokimia pada bahan pemadat melalui mekanisme adsorpsi.

- Absorbsi, yaitu proses solidifikasi bahan pencemar dengan menyerapkannya ke bahan padat

- Detoxification, yaitu proses mengubah suatu senyawa beracun menjadi senyawa lain yang tingkat toksisitasnya lebih rendah atau bahkan hilang sama sekali

Teknologi solidikasi/stabilisasi umumnya menggunakan semen, kapur (CaOH2), dan bahan termoplastik. Metoda yang diterapkan di lapangan ialah metoda in-drum mixing, in-situ mixing, dan plant mixing. Peraturan mengenai solidifikasi/stabilitasi diatur oleh BAPEDAL berdasarkan Kep-03/BAPEDAL/09/1995 dan Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

3. Incineration

Teknologi pembakaran (incineration ) adalah alternatif yang menarik dalam teknologi pengolahan limbah. Insinerasi mengurangi volume dan massa limbah hingga sekitar 90% (volume) dan 75% (berat). Teknologi ini sebenarnya bukan solusi final dari sistem pengolahan limbah padat karena pada dasarnya hanya memindahkan limbah dari bentuk padat yang kasat mata ke bentuk gas yang tidak kasat mata. Proses insinerasi menghasilkan energi dalam bentuk panas. Namun, insinerasi memiliki beberapa kelebihan di mana sebagian besar dari komponen limbah B3 dapat dihancurkan dan limbah berkurang dengan cepat. Selain itu, insinerasi memerlukan lahan yang relatif kecil.

Aspek penting dalam sistem insinerasi adalah nilai kandungan energi (heating value) limbah. Selain menentukan kemampuan dalam mempertahankan berlangsungnya proses pembakaran, heating value juga menentukan banyaknya energi yang dapat diperoleh dari sistem insinerasi. Jenis insinerator yang paling umum diterapkan untuk membakar limbah padat B3 ialah rotary kiln, multiple hearth, fluidized bed, open pit, single chamber, multiple chamber, aqueous waste injection, dan starved air unit. Dari semua jenis insinerator tersebut, rotary kiln mempunyai kelebihan karena alat tersebut dapat mengolah limbah padat, cair, dan gas secara simultan.

PEMBUANGAN LIMBAH B3 (DISPOSAL)

Sebagian dari limbah B3 yang telah diolah atau tidak dapat diolah dengan teknologi yang tersedia harus berakhir pada pembuangan (disposal). Tempat pembuangan akhir yang banyak digunakan untuk limbah B3 ialah landfill (lahan urug) dan disposal well (sumur pembuangan). Di Indonesia, peraturan secara rinci mengenai pembangunan lahan urug telah diatur oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (BAPEDAL) melalui Kep-04/BAPEDAL/09/1995.

Landfill untuk penimbunan limbah B3 diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu: (1) secured landfill double liner, (2) secured landfill single liner, dan (3) landfill clay liner dan masing-masing memiliki ketentuan khusus sesuai dengan limbah B3 yang ditimbun.

Sumur injeksi atau sumur dalam (deep well injection) digunakan di Amerika Serikat sebagai salah satu tempat pembuangan limbah B3 cair (liquid hazardous wastes). Pembuangan limbah ke sumur dalam merupakan suatu usaha membuang limbah B3 ke dalam formasi geologi yang berada jauh di bawah permukaan bumi yang memiliki kemampuan mengikat limbah, sama halnya formasi tersebut memiliki kemampuan menyimpan cadangan minyak dan gas bumi. Hal yang penting untuk diperhatikan dalam pemilihan tempat ialah strktur dan kestabilan geologi serta hidrogeologi wilayah setempat.

Limbah B3 diinjeksikan se dalam suatu formasi berpori yang berada jauh di bawah lapisan yang mengandung air tanah. Di antara lapisan tersebut harus terdapat lapisan impermeable seperti shale atau tanah liat yang cukup tebal sehingga cairan limbah tidak dapat bermigrasi. Kedalaman sumur ini sekitar 0,5 hingga 2 mil dari permukaan tanah.

Tidak semua jenis limbah B3 dapat dibuang dalam sumur injeksi karena beberapa jenis limbah dapat mengakibatkan gangguan dan kerusakan pada sumur dan formasi penerima limbah. Hal tersebut dapat dihindari dengan tidak memasukkan limbah yang dapat mengalami presipitasi, memiliki partikel padatan, dapat membentuk emulsi, bersifat asam kuat atau basa kuat, bersifat aktif secara kimia, dan memiliki densitas dan viskositas yang lebih rendah daripada cairan alami dalam formasi geologi.

Hingga saat ini di Indonesia belum ada ketentuan mengenai pembuangan limbah B3 ke sumur dalam (deep injection well). Ketentuan yang ada mengenai hal ini ditetapkan oleh Amerika Serikat dan dalam ketentuan itu disebutkah bahwa:

Dalam kurun waktu 10.000 tahun, limbah B3 tidak boleh bermigrasi secara vertikal keluar dari zona injeksi atau secara lateral ke titik temu dengan sumber air tanah. Sebelum limbah yang diinjeksikan bermigrasi dalam arah seperti disebutkan di atas, limbah telah mengalami perubahan higga tidak lagi bersifat berbahaya dan beracun.

PENANGANAN LIMBAH B3

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di dalamnya. Untuk limbah yang mudah meledak, kemasan harus dibuat rangkap di mana kemasan bagian dalam harus dapat menahan agar zat tidak bergerak dan mampu menahan kenaikan tekanan dari dalam atau dari luar kemasan. Limbah yang bersifat self-reactive dan peroksida organik juga memiliki persyaratan khusus dalam pengemasannya. Pembantalan kemasan limbah jenis tersebut harus dibuat dari bahan yang tidak mudah terbakar dan tidak mengalami penguraian (dekomposisi) saat berhubungan dengan limbah. Jumlah yang dikemas pun terbatas sebesar maksimum 50 kg per kemasan sedangkan limbah yang memiliki aktivitas rendah biasanya dapat dikemas hingga 400 kg per kemasan.

Limbah B3 yang diproduksi dari sebuah unit produksi dalam sebuah pabrik harus disimpan dengan perlakuan khusus sebelum akhirnya diolah di unit pengolahan limbah. Penyimpanan harus dilakukan dengan sistem blok dan tiap blok terdiri atas 2×2 kemasan. Limbah-limbah harus diletakkan dan harus dihindari adanya kontak antara limbah yang tidak kompatibel. Bangunan penyimpan limbah harus dibuat dengan lantai kedap air, tidak bergelombang, dan melandai ke arah bak penampung dengan kemiringan maksimal 1%. Bangunan juga harus memiliki ventilasi yang baik, terlindung dari masuknya air hujan, dibuat tanpa plafon, dan dilengkapi dengan sistem penangkal petir. Limbah yang bersifat reaktif atau korosif memerlukan bangunan penyimpan yang memiliki konstruksi dinding yang mudah dilepas untuk memudahkan keadaan darurat dan dibuat dari bahan konstruksi yang tahan api dan korosi.

Kamis, 19 Juni 2008

PEMBUATAN TIKAR DARI MENDONG, DAUN PANDAN

PEMBUATAN TIKAR DARI MENDONG

Kerajinan Tikar dengan bahan baku mendong merupakan salah satu warisan budaya Jawa. Hampir setiap daerah di pulau jawa memiliki pengrajin tikar ini. Namun dengan perkembangan jaman dan budaya akhirnya kerajinan tikar ini mulai tersisih. Namun di Kabupaten Purworejo kerajinan tikar dari mendong ini masih tetap eksis bahkan banyak sekali inovasi-inovasi untuk membuat jenis produk baru dengan bahan dasar tikar mendong. Dewasa ini tikar mendong tidak hanya digunakan sebagai tikar ataupun alas tempat duduk saja tetapi telah berkembang penggunaannya sebagai salah satu bahan dasar pembuatan dompet, tas, peci dan lain-lain. Inovasi-inovasi yang baru tersebut menjadikan warisan budaya berupa tikar mendong tetap berjaya di Kabupaten Purworejo. Pemasaran tikar mendong dari Kabupaten Purworejo ini masih bersifat lokal yaitu sekitar Kabupaten Purworejo saja namun untuk produk-produk dompet dan tas mendong telah mencapai Kabupaten Cilacap, Yogyakarta, dan Borobudur (Kabupaten Magelang). Produksi produk-produk dari mendong ini berada di Kecamatan Loano, Kabupaten Purworejo. Namun untuk tikar mendong tersebar hampir di seluruh kecamatan.


PEMBUATAN TIKAR DARI DAUN PANDAN

Selain tikar dari mendong, Kabupaten Purworejo juga memproduksi tikar dari daun pandang. Kebanyakan pengrajin tikar dari daun pandan ini asal mulanya juga pengrajin tikar dari mendong, namun karena bahan baku mendong sudah sulit didapatkan sehingga banyak pengrajin yang beralih bahan baku. Menurut pengrajin tikar dari daun pandang, kualitas tikarnya tidak jauh berbeda dengan tikar dari mendong hanya saja tikar dari daun pandan lebih tipis tetapi untuk awetnya, lebih awet tikar yang berbahan dasar daun pandan. Pemasaran tikar dari daun pandan ini disekitar Kabupaten Purworejo seperti Kabupaten Wonosobo, Kabupaten Magelang, Kabupaten Kebumen, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Dalam perkembangannya, tikar dari daun pandan ini juga berkembang seperti tikar dari mendong, yaitu pemanfaatannya tidak hanya sebatas untuk tikar saja tetapi juga telah dimanfaatkan untuk pembuatan dompet, tas, bahkan banyak pula sandal dan sepatu yang bermotif daun pandan.

PERKAKAS RUMAH TANGGA DARI KAYU

Kerajinan perkakas dari kayu ini umumnya berupa sendok, irus, tampah dan lain-lain. Biasanya para pengrajin perkakas rumah tangga ini memanfaatkan sisa-sisa kayu yang tidak dimanfaatkan. Para pengrajin mendapatkan limbah-limbah kayu tersebut dari industri pengolahan kayu yang berada di sekitar Kabupaten Purworejo dan sekitarnya. Para pengrajin mendapatkan kemudahan dalam mendapatkan bahan baku tersebut. Selain untuk kebutuhan perkakas rumah tangga, para pengrajin juga memproduksi jenis-jenis barang tersebut untuk hiasan rumah dan souvenir-souvenir yang dijual di obyek-obyek wisata seperti Candi Borobudur, Prambanan, Mendut dan lain-lain.


KERANJANG BAMBU

Keranjang bambu merupakan hasil kerajinan masyarakat Kabupaten Purworejo yang cukup terkenal. Keranjang bambu itu sendiri sebenanya juga diproduksi oleh masyarakat di Kabupaten Magelang, Kabupaten Wonosobo, dan Kabupaten Temanggung, namun keranjang bambu yang berasal dari Kabupaten Purworejo ini memiliki keunikan dan karakter yang cukup khas. Biasanya keranjang bambu yang diproduksi memiliki lingkaran bambu yang oleh masyarakat setempat disebut "wengku" yang lebar sehingga lebih kuat dibandingkan keranjang bambu yang diproduksi oleh daerah lain. Selain itu, keranjang bambu dari Kabupaten Purworejo juga memiliki ciri anyaman yang khas pula yaitu adanya kulit bambu (masyarakat setempat menyebutnya "wilah") di kombinasi dengan daging bambunya. Jenis anyaman tersebut menjadikan ciri khas yang cukup menarik dan memberikan kekuatan pada keranjang yang cukup baik pula. Pemasaran keranjang bambu ini disekitar Kabupaten Purworejo dan kabupaten-kabupaten lain di sekitarnya.

Mendong

Produk kerajinan anyaman mendong telah ditetapkan sebagai komoditas khas Kabupaten Tasikmalaya berdasarkan SK Bupati Tasikmalaya No. 522.4/189-LH/94 Tahun 1994 tentang Penetapan Flora dan Fauna Kompetitif dan Komparatif yang mampu menyumbangkan impact point terhadap pertumbuhan ekonomi. Produk kerajinan anyaman mendong antara lain topi, tikar, tas, boks, dan lain-lain sesuai dengan pesanan konsumen. Seperti halnya produk kerajinan lainnya, produk kerajinan anyaman mendong ditekuni oleh banyak orang, sehingga setiap upaya pengembangannya akan membawa dampak multiplier yang luas terhadap perekonomian masyarakat
Sentra produksi mendong tersebar di 12 desa yang meliputi 4 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Cineam, Karangnunggal, Manonjaya, dan Salopa. Informasi lebih rinci tentang lokasi, jumlah unit usaha, penyerapan tenaga kerja, nilai investasi dan produksi kerajinan dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel
Sentra Produksi Kerajinan Mendong

Kecamatan

Desa

Unit Usaha

Tenaga Kerja

Investasi (Rp 000)

Cineam Cijulang
53
477
95.400
Manonjaya Gn.tanjung
Kamulyan
Margaluyu
Jatijaya
Tanjungsari
Cinunjang
P.muncang
Giriwangi
252
133
98
94
87
68
65
56
2.268
1.197
882
846
783
612
585
504
453.600
239.400
176.400
169.200
156.600
122.400
117.000
100.800
Karangnunggal Cibatuireng
26
234
46.800
Salopa Kaputihan
Karyawangi
49
382
441
3.438
88.200
687.600

JUMLAH

1.310
11.790
2.358.000

A. PROSPEK PASAR
Produk kerajinan anyaman mendong merupakan jenis kerajinan yang sedang mengalami peningkatan permintaan, baik permintaan dalam negeri maupun luar negeri. Permintaan dari dalam negeri terutama dari kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan Bali sementara dari luar negeri permintaan datang dari Jepang, Belanda, Australia, Timur Tengah dan Malaysia. Berdasarkan data tahun 1999 total produksi anyaman mendong 6.636.600 satuan produk dengan nilai Rp.49.245.300.000. Dari total produksi tersebut baru 10% yang diekspor.
Kendala yang paling dirasakan dalam bidang usaha kerajinan mendong ini adalah bahan baku yang tidak mencukupi untuk memenuhi pesanan. Untuk mencukupi kebutuhan bahan baku, para pengrajin mencari bahan baku ke Jawa Tengah sampai ke Jawa Timur. Produksi mendong dari Tasikmalaya baru bisa mencukupi kebutuhan kurang lebih 15%. Kesulitan bahan baku ini berdampak pada skala ekonomis yang tidak terpenuhi apabila harus memasarkan produk ke manca negara.

B. DUKUNGAN SUMBER DAYA LOKAL
Wilayah Kabupaten Tasikmalaya memili sumber air yang cukup bahakan di beberapa tempat dapat dikatakan melimpah. Kondisi seperti ini merupakan habitat yang cocok untuk pengembangan tanaman mendong. Habitat tanaman mendong adalah lahan basah seperti sawah atau rawa-rawa. Karakteristik teknis tanaman mendong sesuai dengan agroklimat sebagian zone dataran Kabupaten Tasikmalaya. Pengembangan tanaman mendong masih memungkinkan di Tasikmalaya, namun harus dilakukan secara selektif yaitu pada lahan-lahan berawa yang kurang produktif untuk tanaman padi.

C. STRATEGI PENGEMBANGAN
Untuk pengembangan bidang usaha kerajinan mendong dapat dilakukan upaya antara lain:

-

Perlu dikembangkan tanaman mendong di Tasikmalaya, namun dilakukan pada lahan-lahan yang ditentukan secara selektif.

-

Pelatihan atau bimbingan pengrajin agar secara terus menerus, menciptakan inovasi baru dalam desain produk sehingga lebih variatif.

-

Penataan kelembagaan penataan antara pengrajin dan pemilik modal agar memiliki keseimbangan dalam tanggung jawab dan resiko.

-

Dicarikan peluang pasar ekspor yang baru, disamping mempertahankan pasar yang selama ini berjalan.

-

Memberikan insentif kepada pengrajin agar tidak seluruhnya pengrajin meninggalkan pekerjaan kerajinannya pada saat menggarap lahan pertanian.

D. PELUANG INVESTASI
Berdasarkan hasil analisis usaha kerajinan mendong dalam kasus pada satu unit usaha yang melibatkan 80 orang pengrajin/pekerja dengan investasi Rp.125.520.000,- diperlukan biaya produksi senilai Rp 168.000.000,-. Dari hasil penjualan diperoleh penerimaan sebesar Rp 647.000.000,-, sehingga pendapatan (keuntungan) yang diperoleh sebesar Rp 479.000.000,00 per tahun (1999). Analisi finansial dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel
Analisis Usaha Kerajinan Anyaman Mendong

No

Uraian

Satuan

Volume

Harga/unit (Rp)

Nilai
(Rp)

A
.
PRODUKSI
- Tas
- Tikar
- Loudry
- Plesmet
- Boks

Buah
Lembar
Pcs
Pcs
Pcs

6.000
9.000
5.000
10.000
5.000

12.000
15.000
25.000
9.000
45.000

72.000.000
135.000.000
125.000.000
90.000.000
225.000.000
B
Sub Total A


647.000.000

PENGELUARAN
- Mendong
- Benang
- Kain
- Pewarna
- Bambu
- Karton
- Tenaga Kerja

Kg
Kg
Pis
Kg
Batang
Rim
HOK

20.000
2.000
250
35
300
250
3.500

2.000
15.000
150.000
150.000
5.000
47.000
12.000

40.000.000
30.000.000
37.500.000
5.250.000
1.500.000
11.750.000
42.000.000

Sub Total B


168.000.000
C
Keuntungan (A-B)


479.000.000
D
R/C (A/B)


3,85
E
BEP Harga Produksi

7.924,53
F
BEP Volume Produksi
4.800

R/C ratio dari usaha kerajinan mendong, sebesar 3,85. Artinya setiap rupiah biaya yang diinvestasikan dalam usaha ini akan mendatangkan penerimaan sebesar Rp 3,85 dalam tempo satu tahun, atau dengan perkataan lain dapat dinyatakan bahwa setiap rupiah yang diinvestasikan dalam usaha ini akan mendatangkan keuntungan sebesar Rp 2,85. BEP harga produksi adalah Rp.7.924,53 sementara margin terhadap harga jual kebanyakan produk masih cukup tinggi, kecuali pada jenis plesmet. Selain itu, BEP volume produksi mencapai 4.800, sehingga margin terhadap kapasitas produksi masih cukup lebar. Ketiga hal tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan para calon investor untuk bergiat turut mengembangkan usahanya di bidang usaha kerajinan mendong.
Peluang investasi yang mungkin dilakukan selain di bidang produksi untuk menunjang perkembangan bidang usaha kerajinan mendong antara lain:

-

Dalam pemenuhan kebutuhan usaha kerajinan mendong di Tasikmalaya mendatangkan dari luar daerah. maka investasi dalam penanaman mendong cukup prospektif.

-

Pengadaan sarana produksi, menyediakan seluruh kebutuhan pengrajin mulai dari alat produksi, bahan baku sampai bahan penolong.

-

Membantu permodalan pengrajin yang selama ini hanya menjadi buruh.

-

Menampung hasil kerajinan dari pengrajin untuk dipasarkan kembali di tempat lainnya.

Sumber : http://www.tasikmalaya.go.id/potensidaerah/ukm/mendong.html

Dampak Sistem Pencahayaan bagi Kesehatan Mata

Negara kita yang terletak di daerah khatulistiwa, di mana sinar matahari pada siang hari selama kurang lebih 12 jam dapat memberikan kebutuhan terhadap makhluk hidup. Sehubungan dengan itu, aktivitas kita dalam bekerja bersumber dari cahaya matahari dan pencahayaan buatan, yaitu listrik.

Cahaya buatan adalah cahaya yang berasal dari hasil karya manusia berupa lampu yang dapat menyinari ruangan sebagai pengganti jika sinar matahari tidak ada. Cahaya buatan yang tidak baik tentunya akan mengganggu aktivitas keseharian kita, misalnya ditempat kita bekerja. Bahkan, dengan cahaya buatan yang baik dan disaring dari “kesilauan” akan bisa mempertinggi aktivitas kita dalam bekerja jika dibandingkan jika beraktivitas pada cahaya siang alamiah.

Perkembangan cahaya buatan dimulai dari cahaya obor dari kayu cemara, lampu minyak tanah, lilin, lampu gas sampai pada lampu listrik. Setelah listrik diketemukan, mungkin lampu-lampu jenis lain ada yang sudah tidak dipergunakan lagi.
Efek pencahayaan ini bisa terjadi melalui tiga cara, yaitu; direct (langsung), dimana cahaya yang diterima langsung dari sumbernya, misalnya lampu meja untuk membaca; indirect (tak langsung), dimana bila cahaya yang diterima merupakan hasil pantulan dinding dan loteng, seperti halnya di ruang tamu; semi direct (genural diffusing), apabila cahaya itu datang dan dipancarkan kesegala jurusan, seperti halnya di kantor-kantor.
Dalam menggunakan cahaya buatan, haruslah memenuhi beberapa syarat agar tidak menimbulkan gangguan pada kesehatan mata, yaitu;

Pertama, pencahayaan buatan tidak boleh menimbulkan pertambahan udara (di tempat kerja, misalnya) yang berlebihan. Jika hal ini terjadi, diusahakan supaya suhu tersebut turun, misalnya dengan mengusahakan pengaturan ventilasi, AC, dan fan;
Kedua, sumber haruslah bisa memberikan pencahayaan dengan intensitas yang tetap, menyebar, merata, tidak berkedip-kedip, tidak menyilaukan, dan tidak menimbulkan bayangan yang mengganggu.

Ketiga, pencahayaan haruslah cukup intensitasnya, sesuai dengan beban aktivitas (bekerja) yang dilakukan oleh seseorang yang sedang melakukan suatu pekerjaan.

Pengaruhnya bagi Mata

Sistem pencahayaan yang baik akan memungkinkan kita bisa beraktivitas atau pun bekerja dalam keseharian kita secara jelas, tepat tanpa upaya-upaya yang tidak perlu, pencahayaan mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mata sendiri. Bahkan, lebih jauh lagi terhadap keselamatan kerja, dan produktivitas kerja.

Cahaya mempunyai sifat dapat membunuh kuman atau bakteri. Bahkan, cahaya matahari sering dimanfaatkan untuk mengobati penyakit rachitis. Tetapi sebaliknya terlalu banyak kena sinar matahari dapat pula mengakibatkan penyakit kanker pada kulit. Adapun, cahaya bisa membunuh kuman atau bakteri, misalnya kaca hijau; 45 menit, kaca merah 20–30 menit, kaca biru 10-20 menit, kaca putih (langsung) 5-10 menit.

Cahaya didalam ruangan mungkin bisa saja dikurangi intensitasnya, tetapi hal ini bisa mengurangi kelembaban dan suhu ruangan, serta dapat mengakibatkan berkembangbiaknya serangga dan tikus dalam ruangan. Selain itu, pencahayaan yang tidak baik akan menimbulkan terjadinya stres pada penglihatan. Stres pada penglihatan ini bisa menimbulkan dua tipe kelelahan, yaitu kelelahan mata dan kelelahan syaraf (visual and nenlous fatique). Kelelahan mata yang disebabkan oleh stres yang intensif pada fungsi tunggal (single function) dari mata.

Stres yang persisten pada otot akomodasi (ciliary muscle) dapat terjadi pada saat seseorang mengadakan inspeksi pada obyek-obyek yang berukuran kecil dan pada jarak yang dekat dalam waktu yang lama dan stres pada retina dapat terjadi bila terdapat “kontras” yang berlebihan dalam lapangan penglihatan (visual field) dan waktu pengamatannya cukup lama.

Kelelahan pada mata ini ditandai oleh adanya iritasi pada mata atau konjungtivitis (konjungtiva berwarna merah dapat mengeluarkan air mata), penglihatan ganda, sakit kepala, daya akomodasi dan konvergensi menurun, ketajaman penglihatan (visual acuity), kepekaan kontras (contras sensitivity) dan kecepatan persepsi (speed of perception).
Dengan demikian, pergunakanlah pencahayaan atau penerangan sesuai dengan kapasitas dan kebutuhan mata kita. Sebab, jika cahaya berlebihan hal ini bisa menimbulkan kerusakan dan kelelahan pada mata kita. Bahkan, jika terlalu berlebihan cahaya pun bisa mengakibatkan kebutaan.

Selasa, 17 Juni 2008

Bekerja dengan Komputer Secara Ergonomis dan Sehat

Komputer, Ergonomi dan Kesehatan Kerja

Kehidupan berkomputer kita saat ini tentunya sudah jauh berbeda dibandingkan dengan 7 hingga 10 tahun yang lalu di mana populasi kepemilikan komputer masih belum setinggi ini. Bila kita lihat saat ini, hampir semua aspek pekerjaan baik di sektor bisnis & perkantoran maupun industri dan manufaktur telah memanfaatkan dukungan teknologi dan perangkat komputer dengan karakteristiknya masing-masing. Nilai tambah berupa efisiensi, kemudahan, kecepatan, ketersediaan dan validitas yang mendorong kita untuk seakan semakin berlomba memanfaatkan teknologi komputer dalam berbadai aspek kehidupan termasuk juga entertainment atau hiburan dan edukasi.

Di sisi industri komputer atau IT sendiri, pengkajian dan pengembangan teknologi terus dilakukan untuk menghasilkan teknologi yang semakin powerfull, mudah digunakan, kaya fitur, dan ekonomis. Dengan kecepatan perubahan teknologi, menjadikan kita seolah-olah tidak akan pernah mendapatkan perangkat yang bisa disebut teknologi “terbaru”, karena ketika kita beli ketika itu pula telah muncul teknologi yang lebih baru lagi.

Untuk waktu-waktu mendatang, “keakraban” kita dengan perangkat komputer dipastikan semakin meningkat dan akan menjadi rekan kerja yang tak terpisahkan. Frekuensi dan durasi/ waktu interaksi kita dengan komputer-pun akan semakin bertambah. Frekuensi dan durasi interaksi tentunya ditentukan juga dengan jenis pemakaiannya, pekerjaan atau profesi dari pemakai komputer tersebut. Seorang yang bekerja sebagai typist atau sekretaris misalnya, akan memiliki frekuensi dan durasi pemakaian komputer lebih lama daripada seorang staf penjualan yang hanya memanfaatkan komputer berkala untuk membuat laporan saja. Lebih ekstrim seorang yang memang dalam bekerjanya “harus” menggunakan komputer seperti para programmer / software developer, animator, graphics designer, tentunya frekuensi dan intensitas mereka di depan komputer jauh lebih tinggi. Berdasarkan suatu survey di Amerika baru-baru ini mendapatkan fakta bahwa rata-rata waktu kerja yang digunakan untuk bekerja dengan komputer adalah 5,8 jam per hari atau 69% dari total jam kerja mereka.

Semakin meningkatnya interaksi kita dengan perangkat komputer di satu sisi menggembirakan karena tentunya ada nilai-nilai efisiensi dan efektivitas yang akan kita peroleh, tetapi di sisi lain ada aspek yang membahayakan yang juga akan meningkat dan perlu segera kita antisipasi yaitu : kesehatan kerja. Walaupun kesehatan kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, tetapi bagi orang yang memiliki intensitas pemakaian komputer tinggi, komputer menjadi faktor penyebab gangguan kesehatan yang paling tinggi.

Karakteristik gangguan kesehatan yang disebabkan oleh intensitas pemakaian komputer cenderung pada gangguan atau cidera tingkat rendah yang muncul lambat-laun setelah proses salah yang lama dan berulang (repetitif) ketika menggunakan komputer. Walaupun muncul secara evolusif, hasil akhir tetap sama berupa gangguan kesehatan yang serius seperti gangguan saraf, gangguan penglihatan, cidera otot dan pergelangan, dll. Gangguan tersebut rata-rata diakibatkan oleh kurangnya aliran darah serta ketegangan di bagian tubuh tertentu secara terus-menerus dan berulang. Hal ini bisa berlangsung bertahun-tahun sebelum gangguan itu muncul sebagai suatu cidera yang serius.

Apabila anda termasuk seorang yang memiliki intensitas pemaiaian komputer tinggi baik dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan maka sisi kesehatan ini penting untuk anda perhatikan secara serius mulai saat ini. Dan pemakaian komputer tidak harus ketika anda bekerja di kantor, tetapi ketika anda bermain game, browsing internet, memutar film, dll termasuk di dalamnya, sama-sama berpotensi mendapatkan gangguan kesehatan.

Dengan artikel ini saya ingin mengajak para pengguna komputer berpaling sesaat dari hingar-bingar pembahasan di sisi teknologi komputer yang seakan tiada habisnya. Kita perlu mulai menelaah dan mengkaji potensi-potensi gangguan kesehatan yang tidak kita sadari yang mungkin muncul dan mengganggu produktivitas kita.

Karena penting dan seriusnya, maka masalah gangguan kesehatan kerja semakin menjadi perhatian publik dengan menempatkannya sebagai suatu kajian ilmu tersendiri yaitu : ergonomik. Ergonomik adalah suatu ilmu terapan yang mengkaji metode atau pola kerja dan bagaimana meningkatkannya. Ergonomik akan mengkaji dan berusaha mencari kesesuaian antara kondisi fisik pekerja, lingkungan kerja dan jenis aktivitasnya. Hasilnya dapat berupa desain kerja yang lebih baik dari metode kerja, perangkat kerja, tempat kerja, dll. Hasil penelitian menyatakan bahwa penerapan ergonomi yang tepat di tempat kerja akan meningkatkan produktivitas kerja hingga 25%. Memang ergonomi sangat luas, karena semua jenis dan bentuk pekerjaan akan membutuhkan ergonomi, demikian pula dengan pekerjaan yang memanfaatkan komputer.

Ergonomi yang baik dan tepat sangatlah penting diterapkan ketika anda menggunakan komputer, untuk menghindari ketidaknyamanan dalma bekerja. Ini artinya bahwa perangkat dan tempat kerja haruslah diatur sedemikian rupa agar sesuai dengan kebutuhan dan jenis pekerjaan yang anda lakukan. Beberapa panduan berikut akan membantu anda meminimalisir ketidaknyamanan secara fisik yang selanjutnya akan dapat mengakibatkan postur tubuh dan gerakan berulang yang salah dalam bekerja.

Gangguan Kesehatan

Secara garis besar gangguan kesehatan akibat pemakaian komputer yang salah dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu :

• Gangguan pada bagian mata dan kepala

• Gangguan pada lengan dan tangan

• Gangguan pada leher, pundak dan punggung

Gangguan pada bagian mata dan kepala kita sering disebut dengan computer vision syndrome, mulai dari nyeri atau sakit kepala, mata kering dan iritasi, mata lelah, hingga gangguan yanglebih serius dan lebih permanen seperti kemampuan fokus mata menjadi lemah, penglihatan kabur (astigmatisma, myopi, presbyopi), pandangan ganda, hingga disorientasi warna.

Gangguan pada bagian lengan dan telapak tangan mulai dari nyeri pada pergelangan tangan karena gangguan pada otot tendon di bagian pergelangan, nyeri siku, hingga cidera yang lebih serius seperti Carpal Tunnel Syndrome yaitu terjepitnya syaraf di bagian pergelangan yang menyebabkan nyeri di sekujur tangan. Cidera ini harus segera diatasi sebelum terlambat, karena pada stadium lanjut tindakan operasi terpaksa harus dilakukan.

Kelompok gangguan lainnya berupa nyeri pada bagian leher, pundak, punggung dan pinggang. Nyeri di bagian ini sering pula mengakibatkan gangguan nyeri di bagian paha dan betis.

Berkomputer Secara Ergonomis

Berkomputer dengan menerapkan prinsip-prinsip ergonomis merupakan cara jitu dalam menghindari ketidaknyamanan yang pada akhirnya akan menimbulkan gangguan kesehatan seperti yang dijelaskan di atas. Berikut beberapa panduan cara kerja dan pengaturan tempat maupun perangkat kerja yang akan mampu menghindarkan anda dari ketidaknyamanan berkomputer.

Tempat kerja

Bagaimana anda mengatur elemen atau komponen tempat kerja anda sehingga sesuai dengan kebutuhan merupakan faktor paling penting untuk mendapatkan kondisi kerja yang nyaman. Luangkan waktu beberapa menit sebelum anda berkerja, pikirkan dan tentukan bagaimana layout dan posisi terbaik perangkat kerja anda (komputer, telepon, dll) dan bagaimana tempat kerja anda dapat dimanfaatkan secara efektif. Langkah ini akan dapat menghemat waktu dan tenaga anda dalam menyelesaikan pekerjaan.

Pastikan bahwa :

• Cukup tempat di meja anda untuk menata posisi yang paling nyaman untuk cpu, monitor, keyboard, mouse, printer, penyangga buku, dan piranti lainnya seperti telpon, dll

• Atur meja anda dengan mempertimbangkan bagaimana perangkat itu akan digunakan. Perangkat yang paling sering digunakan seperti mouse dan telepon, tempatkan di posisi yang paling mudah dijangkau.

• Atur pencahayaan ruang kerja anda secara optimal, cahaya yang terlalu kuat mengakibatkan tampilan monitor tidak tajam, cahaya rendah potensi menyebabkan gangguan pada mata anda. Hindari lampu yang menyorot langsung ke monitor karena akan memunculkan pantulan di layar. Usahakan posisi sejajar terhadap jendela, jangan berhadapan atau membelakangi.

• Buku, laporan, atau bahan cetakan lain yang dibutuhkan dalam bekerja dengan komputer sebaiknya diletakkan di dekat monitor. Bisa di bawah atau disampingnya.

Kursi

Kursi salah satu komponen penting di tempat kerja anda. Kursi yang baik akan mampu memberikan postur dan sirkulasi yangbaik dan akan membantu menghindari ketidaknyamanan. Pilih kursi yang nyaman, dapat diatur, dan memiliki penyangga punggung.

Aturlah kursi sebagai berikut sehingga :

• Paha anda dalam posisi horisontal dan punggung bagian bawah atau pinggang anda terdukung. Tanpa ini, punggung dan pinggang anda berpotensi mendapatkan gangguan.

• Bila kursi kurang dapat diatur, bagian bawah punggung dapat dibantu dengan diberi bantal.

• Telapak kaki anda harus dapat menumpu secara rata di lantai ketika duduk dan ketika menggunakan keyboard. Apabila tidak dapat maka kursi anda mungkin terlalu tinggi dan anda dapat manfaatkan penyangga kaki.

Kadang-kadang ubahlah posisi duduk anda selama bekerja karena duduk dalam posisi tetap dalam jangka lama akan mempercepat ketidaknyamanan.

Keyboard

Sebagai perangkat input, perangkat ini mutlak diperlukan dan selalu kita pegang ketika kita bekerja dengan komputer. Untuk pemakaian yang nyaman usahakan dalam posisi sebagai berikut:

• Posisikan keyboard sehingga lengan anda dalam posisi relaks dan nyaman, dan lengan bagian depan dalam posisi horisontal

• Pundak anda dalam posisi relaks tidak tegang dan terangkat ke atas.

• Pergelangan tangan harus lurus, tidak menekuk ke atas atau kebawah.

• Ketika mengetik tangan harus ikut bergeser kekiri kanan sehingga jari tidak dipaksa meraih tombol-tombol yang dimaksud.

• Jangan memukul tombol, tekan tombol secara halussehingga tangan dan jari anda tetap relaks.

• Perimbangkan untuk memanfaatkan keyboard ergonomik yang dirancang untuk dapat diatur sesuai ukuran jari dan posisi lengan.

• Manfaatkan fitur shortcut dan macro untuk melakukan suatu aktivitas di komputer. Misal ; Ctrl+C untuk menyimpan. Shortcut / macro akan mampu mengurangi aktivitas penekanan tombol.

Seperti penjelasan di atas, postur dan posisi yang salah dalam pemakaian keyboard maupun mouse potensi menyebabkan gangguan Carpal Tunnel Syndrome.

Mouse

• Tempatkan mouse dekat dan di permukaan yang sama dengan keyboard sehingga anda dapat meraih dan menggunakannya tanpa harus meregangkan tangan ke posisi yang berbeda

• Pegang mouse secara ringan dan klik dengan tegas. Gerakkan mouse dengan lengan, jangan hanya dengan pergelangan anda. Jangan tumpukan pergelangan atau lengan bagian depan di meja ketika anda menggerakkan mouse

• Untuk jenis rolling-ball mouse ,bersihkan mouse secara periodik karena mouse yang kotor akan mengganggu pergerakan kursor dan menyebabkan pergelangan menjadi tegang.

• Pertimbangkan untuk menggunakan scroll-point mouse, sehingga gerakan scrolling di layar dapat lebih mudah dilakukan.

• Gunakan optical mouse untuk memperoleh gerakan kursor yang lebih presisi. Pekerjaan di bidang Cad/grafis sebaiknya menggunakan mouse jenis ini. Usaha untuk mengarahkan kursor secara presisi akan cenderung meningkatkan ketegangan di otot lengan dan bahu.

Monitor

• Posisi layar monitor sedemikian rupa sehingga dapat meminimalisir pantulan cahaya dari lampu, jendela atau sumber cahaya lainnya. Apabila tidak memungkinkan untuk mengatur posisi layar monitor, pertimbangkan untuk memasang filter di depan layar monitor

• Untuk kenyamanan, atur monitor sehingga mata anda sama tingginya dengan tepi atas layar, sekitar 5-6cm di bawah bagian atas casing monitor. Monitor yang terlalu rendah akan menyebabkan leher dan pundak anda nyeri.

• Atur posisi sehingga jarak anda dan monitor berkisar 50cm – 60 cm. Monitor yagn terlalu dekat mengakibatkan mata anda tegang, cepat lelah, dan potensi gangguan penglihatan
• Posisi monitor tepat lurus di depan anda, jangan sampai memaksa kepala anda menoleh untuk melihat layar.

• Sedikit tengadahkan monitor sehingga bagian atas monitor sedikit kebelakang.

• Atur level brightness dan contrast monitor senyaman mungkin. Jangan terlalu redup jangan terlalu terang. Ketika kondisi cahaya di ruang anda berubah, sesuaikan lagi brightness dan contrast monitor

• Bersihkan layar monitor secara periodik. Layar yang kotor akan menimbulkan efek pantulan dan tampilan buram.

• Apabila anda mengalami kesulitan untuk melihat tampilan layar dengan jarak 50-60 cm, coba besarkan tampilan atau resolusi layar. Apabila resolusi 1024x768 terlalu kecil, ubah ke 800x600. Juga atur warna dan ukuran font apabila perlu

Cara Berkomputer

• Variasilah dalam bekerja dan istirahat atau break secara periodik. Hal ini untuk mengurangi kemungkinan kelelahan dan ketidaknyamanan. Ikuti aturan 20/20/20, yaitu : setiap 20 menit bekerja, break selama 20 detik, dengan alihkan pandangan ke jarak ± 6m
• Mengambil napas merupakan fungsi yang otomatis, tetapi ketika kita berkonsentrasi di depan layar monitor cenderung sering menahan napas, terlebih apabila pekerjaan kita diburu waktu. Ambil beberapa detik untuk menarik napas panjang.

• Jangan lupa kedipkan mata anda saat memandang layar komputer. Ketika memandang layar monitor, kita cenderung akan lebih jarang berkedip daripada ketika kita bekerja dalam jarak dekat lainnya , misal : menulis surat di kertas, dll. Berkediplah dengan dengan penuh dan sering. Bisa dipertimbangkan juga untuk memasang reminder atau pengingat di layar.

• Jangan lupa untuk memeriksakan mata anda secara rutin, ukurlah jarak pandang anda dan lakukan konsultasi ke dokter mata anda

Kebisingan dan Radiasi

Perangkat komputer merupakan perangkat elektronis yang telah didesain untuk digunakan di lingkungan perkantoran yang tenang (quiet office environtment). Standar kebisingan yang aman untuk pemakaian perangkat elektronik adalah 40-45 dB di jarak 1 m dari sumber. Untuk perangkat komputer saat ini, sumber kebisingan utama lebih pada CPU. Di waktu lalu, monitor CRT memegang peran penting sebagai sumber kebisingan, tetapi saat ini monitor hadir dengan sweep rate frekeuensi tinggi (30 Khz atau lebih) hingga monitor LCD yang lebih tenang dan ramah. Kebisingan dari CPU sebagian besar disebabkan suara colling fan baik cooling fan power unit, processor, display adapter dan piringan harddisk.

Langkah antisipasi tentunya adalah pemilihan perangkat yang memenuhi standar kebisingan yang ditetapkan. Khususnya untuk perangkat CPU rakitan, perlu dicermati aspek ini. Untuk perangkat yang telah kita miliki, dapat dipertimbangkan untuk menata letak CPU sehingga dapat mengurangi tingkat kebisingannya.

Radiasi dari perangkat komputer lebih pada komponen VDT atau Visual Display Terminal dalam hal ini monitor. Seperti halnya televisi, radasi berupa gelombang elektromagnetik dihasilkan dari monitor, dari bagian CRT (Cathode ray tubes) dan komponen elektronis lainnya. Tetapi berdasarkan riset, kontribusi radiasi baik jenis ionizing maupun no-ionizing dari pemakaian perangkat VDT (monitor) selama rata-rata 8 jam/hari sangatlah kecil dibandingkan dengan kontribusi radiasi dari consumer product lainnya (reff:www.lenovo.com).

Karena telah ditetapkannya standar internasional untuk emisi radiasi yang aman, maka pemilihan perangkat komputer harus memperhatikan apakah telah mengikuti dan sesuai dengan standar radiasi yang berlaku, khususnya untuk perangkat monitor.

Sekali lagi, masalah kesehatan berkomputer saat ini masih kurang atau belum mendapat perhatian dari para pengguna komputer. Kita masih terlalu asyik pada tahapan bagaimana memiliki perangkat komputer, bagaimana memanfaatkan komputer, apa teknologi tercanggih yang harus dimiliki, dll. Apabila kesadaran ini tidak segera digugah dan dimunculkan, maka di kurun waktu 3 – 5 tahun kedepan dampaknya pasti akan dirasakan oleh para pengguna komputer termasuk kita. Dan yang perlu kita beri perhatian khusus adalah anak-anak dan para remaja yang saat ini semakin akrab dengan komputer. Kesadaran berkomputer secara sehat akan menghindarkan mereka dari keharusan menggunakan kacamata secara dini, kelainan pada postur tubuh, cidera berkepanjangan, dll